Kamis, 24 April 2014









pak dahlan
Kepribadian Dahlan Iskan menurut Teori Alferd Adler

A.  Latar Belakang
1.    Biografi
Dahlan Iskan adalah salah satu putera terbaik Indonesia. Beliau dikenal masyarakat karena keberhasilannya dalam memimpin surat kabar Jawa Pos yang awalnya hanya koran daerah yang hampir gulung tikar menjadi koran nasional dengan penjualan yang sangat fantastis. Saat ini Dahlan Iskan menjabat menjadi menteri BUMN menggantikan Mustafa Abubakar. Dahlan Iskan dilahirkan di Magetan Jawa Timur, tepatnya di desa Kebun Dalam Tegalarum, Kecamatan Bando, Magetan, Jawa Timur pada tahun 1951. Dahlan Iskan tidak pernah tahu tepatnya tanggal dan bulan ia dilahirkan, sampai saat ini tanggal yang ia gunakan sebagai tanggal lahir adalah karangannya sendiri. Ia menggunakan tanggal 17 Agustus 1951 sebagai hari kelahirannya karena tanggal itu tepat hari kemerdekaan Indonesia sehingga mudah diingat. Selain itu mungkin ia juga ingin tersemangati dengan tanggal itu seperti semangat para pejuang tahun 45.

Dahlan kecil mengawali pendidikan sekolah dasarnya di Sekolah Rakyat. Setelah lulus dari Sekolah Rakyat, Dahlan berniat untuk melanjutkan sekolahnya di SMP Magetan. Namun keinginannya tidak disetujui oleh Bapaknya. Akhirnya, atas keinginan Bapaknya ia meneruskan pendidikan Tsanawiyah di Pesantren Sabilil Muttaqien. Pada saat masih duduk di bangku Tsanawiyah, Dahlan harus rela kehilangan Ibunya, Lisna, yang wafat pada tanggal 21 Maret 1963.

Sewaktu kecil, Dahlan memiliki mimpi yang unik. Tidak seperti anak yang lain, Dahlan bermimpi ingin memiliki sepatu. Karena tak mampu membelinya, Dahlan harus jalan kaki ke sekolah tanpa alas kaki sejauh 6 km. Hal ini ia rasakan ketika masih kelas satu Tsanawiyah hingga kelas 2 Aliyah.
Sewaktu remaja, Dahlan juga sudah memiliki prestasi yang membanggakan. Itu dibuktikannya dengan menjadi santri dengan predikat nilai terbaik ketika masih duduk di kelas dua Tsanawiyah. Selain itu, ia juga menjadi kapten tim voli Tsanawiyah Pesantren Sabilil Muttaqien saat menjuarai kejuaraan bola voli se-Kabupaten Magetan.  Lulus dari Tsanawiyah, Dahlan melanjutkan pendidikan Aliyah di Pesantren Sabilil Muttaqien.

Pertama kalinya Dahlan memiliki sepatu ketika duduk di bangku 2 Aliyah. Uang yang ia pakai untuk membeli sepatu diperolehnya dari hasil melatih tim voli anak-anak pengelola kebun tebu di sekitar kampungnya. Sepatu pertamanya kala itu hanya sepatu bekas yang bolong. Sehingga ujung jempolnya bisa muncul dan terlihat keluar sewaktu-waktu.

2.    Masa Kanak-Kanak
Dahlan Iskan lahir di Desa Kebun Dalam Tegalarum, Kecamatan Bando, Magetan, Jawa Timur, tahun 1951. Setelah lemari bajunya terjual, Dahlan Iskan akhirnya memutuskan sendiri tanggal dan bulan kelahirannya, yaitu 17 Agustus. Ia memilih tanggal serta bulan itu agar mudah diingat karena bertepatan dengan kemerdekaan Indonesia.

Lemari baju satu-satunya terpaksa dijual untuk makan sehari-hari.  Padahal di belakang lemari itu bapaknya biasa mencatat tanggal kelahiran anak-anaknya . Tanggal lahir Dahlan pun ikut lenyap bersama sang lemari.

Sejak kecil, Dahlan sudah akrab dengan kemiskinan. Pakaian yang ia miliki hanya satu celana pendek, satu baju dan satu sarung. Kain sarung yang ia miliki bisa dijadikan alat serbaguna olehnya. Mulai dari sebagai alat ibadah, pengganti baju jika ia mencuci bajunya, pengganti celana jika ia mencuci celananya, selimut, bahkan karung jika ia sedang mengumpulkan sisa panen kedelai orang kaya. Kalau lapar mendera, dia terpaksa mencuri tebu milik pabrik gula di dekat rumahnya. Ketika sekolah ia tidak mempunyai sepatu. Saat itu jarak antara rumah dan sekolahnya puluhan kilometer, sehingga ia dan saudaranya menempuhnya dengan berjalan kaki dengan merasakan lecet di telapak kaki karena tak bersepatu. Sehingga ia menyimpan keinginan besar (menurutnya saat itu) yaitu bisa memiliki sepeda dan sepatu.

Dahlan Iskan adalah anak dari pasangan Mohammad Iskan dan Lisnah. Dahlan adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak pertamanya bernama Khosyatun, kakak keduanya bernama Sofwati sedangkan adik bungsunys bernama Zainuddin.

Orang tua Dahlan Iskan bukanlah orang kaya, bahkan sangat miskin sekali. Dahlan dan saudara-saudaranya terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Kehidupan telah menempa Dahlan kecil menjadi pribadi yang tangguh. Sering ia dan saudaranya merasa perih di perut karena menahan rasa lapar, ia belitkan sarung di perutnya. Kemiskinan bukan berarti harus meminta-minta untuk dikasihani melainkan harus dihadapi dengan bekerja dan berusaha. Ayah Dahlan pernah berkata “ Kemiskinan yang dijalani dengan tepat akan mematangkan jiwa”. Begitulah prinsip keluarga Dahlan.

Pada saat kecil Dahlan Iskan hanya memiliki baju satu stel yaitu kaos dan celana serta satu sarung. Sarung adalah baju serba guna bagi dahlan, saat beribadah ia gunakan sarung, saat baju dan celana nya dicuci , ia gunakan sarung sampai pakaiannya kering, saat tidur di malam hari ia gunakan sarung untuk selimut.

Sepulang sekolah, Dahlan tak lantas bermain-main. Ia harus bekerja membantu orang tuanya seperti menyabit rumput, menjadi kuli seset di kebun tebu, menggembala kambing dan lainnya. Namun hal ini tak lantas membuat Dahlan kecil kehilangan keceriaannya. Ia tetaplah menjadi anak kecil yang periang dan sesekali nakal.
Pernah suatu hari, karena sangat ingin memiliki sepatu, Dahlan membongkar lemari ayahnya guna mencari siapa tahu ayahnya menyimpan sejumlah uang disana. Ia juga pernah mendapatkan nilai merah di raport-nya. Ketika ia telah berhasil memiliki sepatu, ia tetap ‘nyeker’ berjalan ke sekolah dan sepatunya ia ‘tenteng’ agar tetap awet dan tidak rusak.

Kisah kenakalan Dahlan kecil yang lain adalah sewaktu pulang sekolah, ia dan adiknya yang bernama Zainuddin bekerja menggembalakan kambing, “Waktu itu masih SD. Setelah pulang sekolah, kami biasa menggembala domba di pinggir sungai desa,” kata Zainuddin. Sambil menggembala domba, ia dan teman-temannya bermain wayang dari ranting ketela pohon. “Karena keasyikan, enggak tahu ternyata domba-dombanya sudah lewat dan kembali ke kandang di rumah.” Mereka berdua sangat ketakutan sekali jika dimarahin bapaknya, namun mereka akhirnya lega karena jumlah domba yang kembali lengkap 30 ekor.

Pengalaman kenakalan Dahlan waktu kecil yang lain adalah saat adu menunggang kerbau dan Dahlan terjatuh dari kerbaunya yang mengakibatkan mulutnya terluka.

3.    Masa Remaja
Setelah tamat ia melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama, kemudian ke sekolah aliyah setingkat SLTA. Setamat SLTA, Dahlan Iskan melanjutkan sekolahnya di fakultas hukum IAIN Sunan Ampel dan di Universitas 17 Agustus. Semasa kuliah ia lebih senang mengikuti kegiatan kemahasiswaan seperti Pelajar Islam Indonesia dan menulis majalah mahasiswa dan koran mahasiswa ketimbang mengikuti kuliah. Karena keasyikannya itu ia jadi tidak meneruskan kuliahnya.

4.    Masa Dewasa/Karier
a.       Jawa Post
Kemudian Dahlan Iskan hijrah ke Samarinda, Kalimantan Timur, disana ia numpang di rumah kakak tertuanya. Disana ia menjadi reporter sebuah surat kabar lokal. Tulisan Dahlan banyak yang meminatinya.
Pada Tahun 1976, Dahlan kembali ke Surabaya dan bekerja sebagai wartawan majalah Tempo. Saat itu terjadi musibah yang bersejarah yaitu tenggelamnya kapal Tampomas. Dahlan menulis tentang musibah tersebut dengan sepenuh hati dan meletakkannya di Headline News Tempo. Tak disangka hasilnya sangat luar biasa, dari respon pembaca banyak yang menyukai  gaya Dahlan menulis. Hal inilah yang membuat pimpinan Tempo mengangkat Dahlan sebagai kepala biro Tempo Jatim.

Walau sudah bekerja dan menulis untuk Tempo, diam-diam Dahlan juga menulis untuk koran lain seperti Surabaya Post dan surat kabar mingguan seperti Ekonomi Indonesia sebagai tambahan penghasilan. Hal ini diketahui oleh pimpinan Tempo dan menegur Dahlan.

Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Saat itu The Chung Shen hanyalah seorang pegawai bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Karena setiap hari dia harus memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat surat kabar sendiri. Setelah sukses dengan Jawa Pos-nya, The Chung Shen mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Bisnis The Chung Shen di bidang surat kabar tidak selamanya mulus. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800 eksemplar saja.

Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu pensiun. Ketika usianya menginjak 80 tahun, The Chung Shen akhirnya memutuskan untuk menjual Jawa Pos. Dia merasa tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya lebih memilih tinggal di London, Inggris.

Saat itu terdengar kabar bahwa Jawa Pos dibeli oleh Direktur Utama PT Grafiti Pers, Penerbit Tempo yaitu Eric Samola. Melihat prestasinya yang lumayan dan keinginan Dahlan untuk berbuat lebih, tahun 1982 ia dipromosikan menjadi pemimpin Koran Jawa Pos.

Awalnya koran Jawa Pos bernama Java Post kemudian diganti dengan Djawa Post dan diganti lagi menjadi Jawa Pos. Awalnya media masa Surabaya dikuasai oleh Surabaya Post dan Kompas. Saat Dahlan Iskan ditunjuk menjadi pimpinan Jawa Pos, Jawa Pos hampir bangkrut karena kalah bersaing. Perputarannya saja hanya 6.800 eksemplar. Namun Dahlan tidak berputus asa. Ia mencari akal untuk menyelamatkan Jawa Pos.

Ketika itu budaya membaca koran adalah di sore hari. Melihat ini muncullah ide cemerlang Dahlan. Ia memutuskan bahwa Jawa Pos akan diterbitkan dan dibagikan di pagi hari. Ide ini di gulirkan Dahlan agar Jawa Pos seakan-akan bisa memberikan berita lebih cepat dari koran lain.

Namun tidak semua stafnya menyetujui usul Dahlan karena bertentangan dengan kebiasaan masyarakat dalam membaca koran. Sore hari adalah saat santai, orang pulang kerja sembari santai dengan membaca koran. Sedangkan pagi hari, banyak orang diburu waktu untuk kerja. Mana mungkin ada waktu untuk membaca koran. Bagaimana nanti jika Jawa Pos tidak laku jika diterbitkan pagi hari. Begitulah argumen para stafnya yang tidak setuju dengan usul Dahlan.

Namun Dahlan tidak menyerah, justru inilah kesempatan Jawa Pos. Saat koran lain belum terbit, Jawa Pos mendahului untuk terbit dan dibagikan. Sehingga akan membentuk opini bahwa Jawa Pos lebih cepat meliput berita dan lebih cepat mengetahui berita dibandingkan koran lain. Persoalan kebiasaan membaca koran di sore hari itu pelan-pelan dapat di rubah di pagi hari. Tentunya orang akan lebih senang jika lebih cepat mengetahui apa yang terjadi di masyarakat ketimbang yang terakhir tahu.

Akhirnya Jawa Pos terbit di pagi hari. Awalnya masyarakat kaget ada koran yang terbit di pagi hari. Tetapi dengan sabar Dahlan dan timnya mengedukasi masyarakat untuk membaca koran di pagi hari. Dahlan membentuk opini bahwa lebih cepat mengetahui berita yang up to date itu lebih cerdas dan lebih keren. Untuk hal ini Dahlan Iskan bahkan terjun langsung dalam memasarkan koran Jawa Pos.

Pelan-pelan Jawa Pos membiasakan masyarakat untuk membaca koran di pagi hari. Menerbitkan kkoran di pagi hari, Jawa Pos hampir tidak ada saingannya karena koran lain tetap terbit sore hari. Akhirnya dalam kurun waktu lima tahun yaitu 1982-1987 Jawa Pos berhasil terbit dengan oplah 126.000 eksemplar. Omset Jawa Pos naik 20 kali lipat dari omset ditahun pertama yaitu tahun 1982. Omset Jawa Pos mencapai 10,6 miliar. Dari surat kabar yang hampir gulung tikar, Dahlan Iskan menjadikan Jawa Pos menjadi surat kabar yang spektakuler dan Jawa Pos di bawah kepemimpinan Dahlan berhasil merubah kebiasaan masyarakat dari membaca koran di sore hari menjadi pagi hari.

Melihat keberhasilan Jawa Pos, koran lain yang awalnya terbit sore juga ikut-ikutan ter bit pagi karena takut kehilangan pasar. Di tahun 1993 saat usianya mencapai 42 tahun, Dahlan mengundurkan diri menjadi pemimpin redaksi dan pemimpin umum Jawa Pos karena ia ingin memberikan kesempatan pada orang yang lebih muda untuk berkarya.

Dahlan Iskan akhirnya fokus mengembangkan jaringan media Jawa Pos, yang awalnya hanya menerbitkan koran saja, Jawa Pos kemudian juga membuat majalah dan juga surat kabar daerah lain. Jaringan ini terkenal dengan nama Jawa Pos News Network (JPNN). JPNN adalah jaringan media terbesar di Indonesia saat ini dengan memimpin 190 surat kabar, tabloid dan majalah serta memiliki 40 percetakan  yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tahun 1997 Dahlan Iskan membangun gedung pencakar langit yang terkenal di Surabaya dengan nama Graha Pena. Gedung ini menjadi pusat aktivitas JPNN. Selain di Surabaya, Dahlan Iskan juga membangun gedung serupa di Jakarta mengingat Jakarta adalah ibukota Indonesia dan untuk lebih mengukuhkan keberadaan JPNN di tanah air.

Dahlan juga melirik media elektronik dengan mendirikan stasiun TV lokal surabaya yaitu JTV dan SBO, Batam yaitu Batam TV, di Pekanbaru yaitu Riau TV, FMTV di Makassar, PTV di Palembang, dan Parahyangan TV di Bandung dan di kota-kota lainnya yang mencapai 34 stasiun televisi lokal.

“Jangan meletakkan semua telur di keranjang yang sama”, begitulah pepatah bisnis. Dahlan Iskan juga mempercayai pepatah itu. Ia mendiversifikasikan usahanya ke bisnis real estate dan hotel.

Selain itu Dahlan Iskan juga memiliki perusahaan yang berkaitan dengan listrik yaitu direktur pembangkit listrik swasta PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kelak mengapa Dahlan ditunjuk menjadi Direktur Utama PLN.

b.      Fangbian Iskan Corporindo (FIC)
Pada awal tahun 2009, Dahlan Iskan juga menaruh 'telur investasinya' di bidang industri komunikasi. Beliau membangun Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL) yang akan menghubungkan Surabaya - Indonesia dan Hong Kong dengan panjang serat optik mencapai 4.300 kilometer. Proyek ini di dalam naungan Fangbian Iskan Corporindo (FIC) dengan Dahlan Iskan yang menjadi Komisarisnya.
c.       PLN
Kesuksesan Dahlan Iskan dalam mengembangkan Jawa Pos Group sangat terkenal dimana-mana. Setiap saat media cetak dan elektronik meliput keberhasilan raja media asal Jawa Timur ini sampai-sampai Presiden SBY pun tahu kecemerlangan Dahlan Iskan dalam memimpin JPNN. Waktu itu di Jakarta sedang musimnya mati lampu. Banyak masyarakat yang mengeluh alat elektroniknya rusak gara-gara byar-pet ini. Fahmi Mochtar yang menjadi Dirut PLN saat itu banyak menuai kritikan. Akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan keputusan untuk mengangkat Dahlan Iskan menjadi Dirut PLN menggantikan Fahmi Mochtar.

Banyak pihak yang tidak setuju dan meragukan hal itu. Bahkan tak segan pihak yang kontra mencibir dengan mengatakan “ Mana mungkin Dahlan Iskan yang hanya lulusan SLTA dan tidak lulus kuliah bisa memimpin PLN. Jangan samakan PLN dengan Jawa Pos.” Menanggapi hal itu Dahlan Iskan dengan santainya menjawab “PLN ini tempat berkumpul orang-orang hebat, karyawan lulusan SMA jurusan terhebat, Fisika, jurusan yang dianggap paling pintar. Lalu, masuk fakultas teknik elektro ITB, yang juga terhebat. Lulus ITB, diseleksi lagi masuk PLN oleh senior-senior yang hebat. Tidak diragukan lagi, PLN adalah kumpulan orang-orang terhebat dan terpintar di negeri ini” “ Ya. Yang dibutuhkan sekarang adalah manusia bodoh seperti saya”. Hari pertama Dahlan bekerja di PLN, ia langsung membuat gebrakan antara lain :
·      Bebas byar-pet se Indonesia dalam waktu enam bulan
·      Gerakan sehari sejuta sambungan
·      Pencabutan capping yaitu batas tarif listrik industri, sehingga lebih adil dan dapat menumbuhkan iklim investasi di Indonesia.
Selain program diatas. Dahlan Iskan juga membangun sejumlah besar proyek untuk PLN seperti membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Di tahun sebelum kepemimpinan Dahlan, PLN hanya berhasil membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan. Fakta unik Dahlan Iskan saat menjadi Dirut atau CEO PLN adalah sebagai berikut :
·      Setiap tanggal 17 di setiap bulan yang biasanya diisi upacara, diganti dengan diskusi antar karyawan dan atasan.
·      Dahlan Iskan juga membuat “CEO Note” sering juga disebut CEO Note Dahlan Iskan yaitu catatan yang dapat menjembatani atasan dan bawahan. CEO Note Dahlan Iskan ini selalu diakhiri dengan kata-kata motivasi untuk lebih maju dan sukses.
·      Dahlan Iskan lebih memilih mengendarai mobil pribadinya sendiri daripada memakai mobil dinas.
·      Dahlan Iskan tidak mengambil gajinya sebagai CEO PLN dan tidak menempati rumah dinas.
Benar saja, dibawah kepemimpinan Dahlan Iskan yang full visi dan memiliki etos kerja yang tinggi, PLN memiliki banyak kemajuan. Seperti tidak byar-pet lagi dan pelayanannya lebih profesional. Dahlan Iskan menjabat menjadi Direktur Utama PLN hanya dua tahun karena pada tanggal 19 Oktober 2011, Presiden SBY menunjuk Dahlan Iskan menjadi Menteri BUMN menggantikan Mustafa Abubakar yang sedang sakit. Sebenarnya Dahlan sangat berat meninggalkan PLN, karena banyak programnya yang belum rampung dan visi yang ia bangun untuk mereformasi PLN masih sedikit yang terwujud mengingat masa jabatannya yang masih seumur jagung 2 tahun. Namun apa dikata, ternyata kemampuannya dalam memimpin dianggap lebih tinggi dari pada hanya memimpin PLN.
d.      Menteri BUMN
Saat diangkat menjadi Menteri BUMN, ada satu pertanyaan yang dialamatkan ke Dahlan, kurang lebih pertanyaannya seperti ini “BUMN adalah lembaga yang sering menjadi sasaran empuk korupsi, bagaimana menurut anda?” Menanggapi pertanyaan seperti itu, Dahlan tersenyum sambil menjawab “ Menurut pengamatan saya, di lembaga ini ada 10% orang yang jujur dan ada 10% orang yang tidak jujur. Sedangkan yang 80% berada di tengah-tengahnya, tergantung yang memimpin. Jika yang memimpin termasuk orang yang jujur maka yang 80% tadi ikut yang jujur sehingga yang jujur menjadi 90%. Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur maka yang 80% juga ikut yang tidak jujur sehingga yang tidak jujur juga menjadi 90%. Jadi kembali lagi ke pemimpinnya” Wow excellent. Jawaban yang sangat cerdas.

Semenjak menjadi menteri BUMN, Dahlan Iskan melakukan beberapa gerakan. Salah satunya adalah membersihkan BUMN dari korupsi. Langkah awalnya adalah dengan memberi kriteria khusus dalam mengangkat CEO di perusahaan BUMN. Salah satu kriterianya adalah memiliki integritas yang tinggi. Syarat yang lain adalah memiliki antusias untuk maju.

Dahlan tidak menyebut pandai sebagai syaratnya karena semua orang sudah pasti pandai. "Satu integritas yang baik, kenapa bukan kepintaran karena saya yakin semua orang sudah pintar, yang kedua adalah harus mempunyai antusias keinginan maju, banyak orang integritas tinggi tapi tidak punya antusias. Tapi ada juga antusias tidak integritas dia kaya kuda liar," jelas Dahlan.

B.     Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Hidup dalam kekurangan dan kemiskinan yang membuat ia menjadi sosok yang sederhana. Melihat masa kecilnya yang sering kelaparan dan minum air sungai membuat ia menjadi sosok yang berani bertekad untuk mengubah kehidupan di masa lalunya. Dengan pola asuh dikeluarganya yang menekankan nilai-nilai kejujuran membuat ia tetap teduh sabar, giat dan ulet menjalani setiap sisi kehidupannya. Gaya “blusukan” nya  yang langsung terjun ke lapangan dengan style baju putih dan sepatu ketnya menjadi ciri khas kesederhanaannya.

Dengan semangat belajarnya, ia menjadi penulis ulung yang terkenal di dalam media masa. Tulisannya mampu mengubah paradigma setiap pembaca yang akhirnya dapat mengantarkan karienya lebih tinggi.

C.    Ciri Kepribadian
Kepribadian sering kita artikan ciri yang menonjol pada seseorang. Namun menurut psikologi kepribadian sesuatu yang dapat berubah. Begitupun dalam setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian yang berbeda, unik sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan lainnya, mulai dari kepribadian yang sehat atau yang tidak sehat. Berikut adalah kepribadian dahlan iskan baik kepribadian yang sehat ataupun yang tidak sehat.

Dalam lingkungan sosialnya dahlan iskan termasuk sosok yang sederhana tangguh, ulet, jujur, antusias, dan mempunyai integritas yang tinggi meskipun kariernya semakin naik.

 Namun adakalanya setiap manusia memiliki kekurangan, dalam diri dahlan iskan pernah ia di DO karena terlalu sibuk mengurusi aktivitas kerja dan organisasinya. Ia melupakan kewajibannya dalam hal pendidikan.

D.    Landasan Teori
Kami menganalisa tentang kepribadian Dahlan iskan menggunakan teori  Alfred Adler. Dalam teorinya, Adler menyatakan bahwa kehidupan manusia dimotivasi oleh satu dorongan utama yakni dorongan untuk mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Jadi tingkah laku utamanya ditentukan oleh pandangan  mengenai  masa depan, tujuan  dan  harapan. Karena manusia awal untuk memulai hidupnya dari kondisi yang kecil, lemah, dan inferior maka dari kelemahan tersebut individu mengembangkan kepercayaan  untuk mengatasi  kelemahan dengan menjadi besar, kuat, dan  superior. Adler menekankan adanya keunikan pribadi. Setiap pribadi merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat, minat, dan nilai-nilai: setiap perbuatan dilakukan orang secara khas gaa hidup orang itu.

Adler juga berpendapat bahwa satu-satunya kekuatan dinamik yang melatarbelakangi aktivitas manusia adalah perjuangan untuk sukses atau menjadi superior (sriving for superiority), serta persepsi subyaktif individu membentuk tingkahlaku dan kepribadian.

Daya Juang sebagai Kompensasi. Manusia berjuang meraih superioritas atau keberhasilan sebagai cara untuk mengganti perasaan inferior atau lemah. Adler (1930) percaya bahwa semua manusia “dikaruniai” tubuh yang kecil, lemah, dan inferior ketika lahir yang menyebabkan manusia merasa inferior. Sementara, manusia secara alami memiliki kecenderungan bawaan untuk meraih sesuatu yang utuh atau lengkap. Daya juang merupakan bawaan, tetapi sifat dan arah daya juang ditentukan oleh perasaan inferior dan tujuan meraih keunggulan. Ada dua macam bentuk perjuangan:
a.       Berjuang meraih superioritas pribadi
a)      Karena kurangnya minat social
b)      Tujuan bersifat personal
c)      Dimotivasi sebagian besar oleh perasaan inferior yang berlebihan atau mnculnya inferiority complex.
b.      Berjuang meraih kesuksesan
a)      Memiliki minat social yang tinggi
b)      Orang-orang yang sehat secara psikologis
c)      Tujuannya untuk social.


Menurut Adler ada tiga macam situasi masa kanak-kanak yang sangat berpengaruh dalam   membentuk gaya hidup untuk masa selanjutnya, yang pertama adalah inferioritas organ, misalnya penyakit-penyakit yang sering  diidap semasa kanak-kanak, kedua adalah kemanjaan, dan yang ketiga adalah ketersingkiran. Dimana salah satu yang akan saya ambil adalah  inferioritas karena sangat berkaitan dengan analisa yang saya buat.

Menurut Adler inferior berarti perasaan lemah namun bukan rendah diri. Karena memang setiap mulai hidup sebagai makhluk yang kecil dan lemah, sepanjang hidup perasaan ini memang terus muncul tapi ketika manusia menghadapi tugas baru, jika orang sudah menguasai akan tugas barunya maka perasaan inipun akan hilang. Sedangkan superior memiliki arti berjuang terus menerus untuk menjadi lebih baik. Namun bukan berarti superior adalah mengalahkan orang lain atau jabatan yang tinggi.  Dalam teori Adler,  dorongan ke arah  kesempurnaan adalah ide kepentingan sosial atau kepekaan sosial, menurutnya sebagai mahkluk sosial tidak  akan  eksis tanpa adanya orang lain.

Adler juga membahas tentang logat Organ, unity kepribadian bukan hanya kesatuan aspek-aspek kejiwaan seperti motivasi, perasaan, dan pikiran, tetapi unity juga meliputi keseluruhan organ tubuh. Gejala-gejala fisik, misalnya kelemahan organ tertentu bukan suatu peristiwa yang terpisah, tetapi mungkin kelemahan itu berbicara tentang tujuan individu, yang oleh Adler dinamakan logat organ (organ dialect) atau bahasa organ (organ jargon) misalnya: orang yang mengalami atritis rematik, tangannya dan persendiannya yang kaku, mengungkapkan seluruh gaya hidupnya.

E.     Dinamika Kepribadian
Dalam sub bab dinamika kepribadian ini kami akan menyajikan tentang bagaimana proses terbentuknya kepribadian seorang Dahlan Iskan menurut teori yang dikembangkan oleh Adler.
Bagaimana karakter-karakter suporior dapat terbentuk dari dalam diri beliau. Muali dari sikap pekerja keras beliau, sikap tegas, sikap sigap, tanggap, kepintaran, keuletan, dan semua karakter-karakter beliau hingga sekarang menjabat menjadi seorang mentri BUMN.

Pak Dahlan dilahirkan ditengah-tengah keluarga yang harmonis namun memiliki status ekonomi yang sangat memprihatinkan. Makanan pokok yang beliau makan setiap hari adalah tiwul (terbuat dari singkong) bukan seperti kita yaitu nasi. Dari kondisi tersebut yang membuat Dahlan kecil menjadi tak manja, melainkan mandiri.

Beliau juga hanya memiliki baju satu stel yaitu kaos dan celana serta satu sarung. Sarung adalah baju serba guna bagi beliau. Saat beribadah juga menggunakan sarung, saat baju dan celana nya dicuci, maka sarunglah yang beliau kenakan sampai pakaiannya kering, saat tidur di malam hari ia gunakan sarung untuk selimut. Ketika sekolah ia tidak mempunyai sepatu. Saat itu jarak antara rumah dan sekolahnya puluhan kilometer, sehingga ia dan saudaranya menempuhnya dengan berjalan kaki dengan merasakan lecet di telapak kaki karena tak bersepatu. Sehingga ia menyimpan keinginan besar (menurutnya saat itu) yaitu bisa memiliki sepeda dan sepatu.
Berdasarkan kondisi diatas sebenarnya beliau juga pernah merasakan kelelahan batin, rasa sedih, kasihan melihat orang tua nya yang begitu sengsara mencari nafkah. Namun dengan kondisi yang sedemikian tidak membuat beliau lalu bertopang tangan dan tidak melakukan apapun untuk memperbaiki kehidupannya.
Seperti yang di ungkapkan dalam teori Adler bahwa inferiorita merupakan suatu perasaan yang menggerakkan orang untuk berjuang menjadi superiorita. Adler meyakini bahwa individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan inferior. Inferiorita bagi Adler diartikan sebagai perasaan lemah dan tidak cakap dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Maksud nya adalah bahwa kelemahan ekonomi keluarga Dahlan, kelemahan fisik orang tuanya, perasaan yang membuatnya menderita dan perasaan-perasaan inferiority yang lainnya akan membuat Dahlan bangkit dan menuju ke arah superioritas, ke arah yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih bahagia.
Suatu saat ibu Dahlan terserang penyakit yang membuat perutnya membesar. Karena orang desa dan tak punya biaya, mereka tak tahu itu penyakit apa. Akhirnya ibu Dahlan meninggal dunia. Ketika dewasa Dahlan baru tahu bahwa penyakit ibunya itu adalah sejenis kista yang dengan operasi sederhana bisa sembuh. Jika Dahlan mengingat itu, kecewa hatinya. Saat itulah Dahlan bertekad menjadi orang pandai, kaya dan sukses. Agar tidak terjadi lagi hal seperti itu di kehidupannya.

Dan juga saat Dahlan Iskan pernah menderita penyakit Hepatitis B yang mengharuskan nya untuk menjalani cangkok hati, terdapat berbagai hal yang terjadi, tentang pengobatan beliau hingga ahirnya beliau dapat menjalani cangkok hati.

bagaimana detik-detik menjelang operasi menunggu donor hati yang tak kunjung datang. Juga bagaimana perjuangan seorang sahabat Dahlan Iskan, Robert Lai yang begitu gigih menjaga, merawat dan membersihkan kamar perawatan. Salah satu kegagalan pasien transplantasi adalah pasca operasi. Hal ini juga diungkapkan Prof Sulaiman Phd, seorang ahli liver dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Karena kesembuhan beliau, Dahlan menghabiskan waktu sebagai Ketua Dewan Pengawas Pesantren Sabilul Muttaqin (PSM). Mengembangkan 131 sekolah dengan 9.300 guru. Dua di antaranya berstatus pesantren internasional bekerjasama dengan Al Irsyad, lembaga pendidikan Islam ternama di Singapura. Pesantren internasional di Magetan itu diberi nama International Islamic School (IIS). Sebanyak 15 guru IIS mendapat sertifikasi international sehingga mereka bisa menjadi guru di semua sekolah yang menggunakan kurikulum Cambridge School di seluruh dunia.
Beliau berkata akan terus melakukan perbuatan baik untuk rasa syukurnya telah diberikan kesempatan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar